Thursday, October 6, 2011

Para Jenius yang Di Sia-sia kan Indonesia

Indonesia sebenarnya memiliki banyak SDM yang berkualitas dan sangat jenius. Namun sayang, Indonesia tidak bisa menghargai mereka selayaknya seorang yang jenius. Jadilah mereka berkarya dan mencari rejeki di negara lain. Efeknya bagi Indonesia? Sampai saat ini Indonesia tetap menjadi negara yang konsumtif dan belum bisa menghasilkan apa-apa. Sementara negara lain, sudah membuat produk sendiri dan mendatangkan keuntungan besar bagi negaranya dari karya anak bangsa Indonesia. Miris! Berikut ini beberapa orang jenius yang berkembang bukan di Indonesia.

1.March Boedihardjo 

http://faktabukanopini.blogspot.com/

March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU). March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun(dari 2007). Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas hal tersebut. ”Ketika saya di Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugas-tugas matematika’’ kisahnya. 
March memang menempuh pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik. Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut.

2. Prof Nelson Tansu
http://faktabukanopini.blogspot.com/



Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia seorang pakar teknologi nano. Fokusnya pada bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano. Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains & rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia ini bertopang pada anak2 muda brilian semacam Nelson. Nelson mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sinar laser biasanya membutuhkan listrik 100 watt, di tangannya hanya perlu 1,5 watt. 
Penemuan-penemuannya bisa membuat lebih murah banyak hal. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu pun setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun. Sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi Nelson bila ingin menjadi warga negara Amerika. Amerika pasti menyambutnya dengan tangan terbuka. Namun Tidak, “Hati Saya tetap melekat dengan Indonesia”, katanya kepada Tempo. Nelson bercerita, sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S2 dan S3 di Lehigh. Ia masih memiliki ambisi untuk kembali ke Indonesia & menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia.

3.Muhammad Arief Budiman 

http://faktabukanopini.blogspot.com/

Muhammad Arief Budiman, seorang anak pekerja pabrik tekstil GKBI yang sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu. Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. 
Peran ilmu ini menjadi penting seiring makin banyak jenis penyakit yang harus dilawan, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutuhan pangan dunia. Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga terkenal di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut. Ia menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research. Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa “membeli” kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia.

4.Prof Dr. Khoirul Anwar 

http://faktabukanopini.blogspot.com/


Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang. Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Dunia pun mengaguminya. Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul bersama koleganya merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler. Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, 
Jepang. Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007. Pada patennya yang kedua, Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak karuan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan. Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada bangkai burung, balsem yang menusuk hidung, serta mumi Fir’aun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Fir’aun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi “balsem” terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. “Saya menggunakan balsem gosok yang ada di rumah,” kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu. Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras.

http://www.gallerydunia.com/2011/10/para-jenius-yang-di-sia-sia-kan.html

No comments:

Post a Comment